PROPOSAL SKRIPSI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 'KEBAHASAAN'
KATA SAPAAN KEKERABATAN
DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KECEMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN
KOTA PADANG
PROPOSAL
PENELITIAN

ZURA
WENDA
NPM
11080334
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)
PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Kata Sapaan Kekerabatan dalam Bahasa
Minangkabau di Kecematan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan Kota Padang. Proposal
skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Metode Penelitian Bahasa. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada ;
1.
Allah SWT atas karunia-Nya yang telah
diberikan kepada peneliti.
2.
Ibu
Sri Rahayu M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Metode
Penelitian Bahasa atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti
kepada peneliti selama penyusunan proposal skripsi.
3.
Orang tua yang
telah memberikan dukungan moril maupun materil serta
doa yang selalu menyertai peneliti.
Proposal ini belum
begitu sempurna, oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal
skripsi ini. Semoga proposal ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.
Penulis,
Zura
Wenda
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang ........................................................................................ 1
B. Fokus
Masalah ........................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 3
D. Pernyataan Penelitian…………………………………………………….... 3
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
G. Batasan
Istilah......................................................................................... 3
Bab II
Kajian Teori
A. Kata
Sapaan........
.................................................................................... 5
B. Bentuk
dan Jenis Kata Sapaan.................................................................. 6
Bab III
Metodologi Penelitian
A. Pendekatan dan Strategi Penelitian
........................................................... 9
B. Objek
Penelitian........................................................................................ 9
C. Data dan Sumber
Data.............................................................................. 9
D. Teknik Pengumpulan
Data........................................................................ 11
E.
Validitas
Data........................................................................................... 11
F. Teknik Analisis
Data................................................................................ 11
.
Daftar Pustaka
..................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat
menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya kepada orang
lain. Oleh karena itu, dengan bahasa manusia dapat hidup dan berinteraksi
dengan manusia lain. Bahasa juga berhubungan erat dengan kebudayaan, karena
bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang harus dilestarikan dan
dipertahankan. Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa merupakan bagian dari
lambang identitas bangsa yang menjadi kebanggaan dari bangsa yang
menggunakannya. Menurut Koentjaraningrat
sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa
bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antar bahasa dan kebudayaan
merupakan hubungan yang subordinatif, yakni bahasa berada di bawah lingkup
kebudayaan. Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan
mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang
kedudukannya sama tinggi.
Masinambouw
menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua system yang
melekat pada manusia. Kebudayaan adalah system yang mengatur interaksi manusia
di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu system yang berfungsi sebagai
sarana berlansungnya interaksi itu. Dengan demikian hubungan bahasa dan
kebudayaan seperti anak kembar siam, sebah fenomena sangat erat sekali bagaikan
dua sisi mata uang, sisi yang satu adalah system kebahasaan dan sisi keduanya
merupakan system kebudayaan.
Bahasa dapat berupa bahasa nasional dan bahasa daerah. Di
Indonesia, bahasa yang banyak digunakan adalah bahasa daerah. Bahasa daerah
sangat bervariasi dan memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan antara
daerah satu dengan daerah lain. Dalam berkomunikasi sehari-hari, pada umumnya
msyarakat Indonesia menggunakan bahasa daerah. Bahasa daerah perlu mendapat
perhatian khusus, karena pada zaman sekarang begitu banyak hal yang dapat mempengarui
perkembangan bahasa dareah.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa daerah
di antaranya kemajuan teknologi, seperti adanya radio, televisi, telepon, dan
internet yang memudahkan masyarakat memperoleh informasi. Bagi dunia
pengetahuan, kemajuan tersebut menjadi hal positif yang sangat baik, namun bagi
dunia kebudayaan kemajuan itu memberikan dampak yang besar terhadap bahasa yang
digunakan masyarakat sehari-hari. Hal ini disebabkan masyarakat lebih cendrung
meniru bahasa baru yang mereka peroleh. Mereka merasa bangga dengan bahasa baru
dan menganggap bahasa daerah mereka adalah bahasa lama yang kuno. Akibatnya
perlahan meninggalkan bahasa asli daerah, yang tanpa disadari merupakan lambang
kekeyaan budaya daerah yang patut dilestarikan.
Salah satu bahasa yang berkembang di kawasan Indonesia adalah
bahasa Minangkabau. Bahasa minangkabau dipakai sebagai bahasa pertama oleh
masyarakat Minangkabau dalam komunikasi dengan menggunakan variasi yang sesuai
dengan konteks budaya. Selain sebagai bahasa pertama, bahasa Minangkabau di
Sumatera Barat memiliki fungsi yaitu : (1) sebagai alat perhubungan dalam
keluarga dan masyarakat daerah dalam berkomunikasi lisan, (2) sebagai lambang
kebanggaan dan perkembangan kebudayaan daerah, (3) sebagai identitas daerah Sumatera
Barat dan suku bangsa Indonesia, dan (4) sebagai bahasa pengantar terbatas pada
dua kelas pertama di sekolah dasar dan sekaligus dalam fungsi ini mendukung
perkembangan bahasa nasional, karena mengantarkan anak-anak pada kelas dua
permulaan sekolah dasar untuk mempelajari bahasa Indonesia.
Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah
satu daerah di Sumatera Barat yang menggunakan bahasa Minangkabau sebagai
bahasa pertama. Salah satu aspek bahasa Minangkabau yang digunakan oleh
masyarakat di Kecamatan Batang Kapas untuk berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari adalah bahasa tutur sapa. Bahasa sapaan yang paling mendasar adalah
bahasa sapaan kekerabatan yang akan digunakan selalu dalam kehidupan masyarakat
minangkabau terutama di lingkungan keluarganya. Chaer (2006:107) kata sapaan
adalah kata yang digunakan untuk menyapa, menegur atau menyebut orang kedua
atau yang diajak bicara.
B.
Fokus
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini
akan difokuskan pada penggunaan kata sapaan kekerabatan dalam bahasa
minangkabau di kecematan Batang Kapas kabupaten Pesisir Selatan kota Padang.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut; (1) Penggunaan kata sapaan kekerabatan
dalam bahasa minangkabau oleh masyarakat kecematan Batang Kapas kabupaten
Pesisir Selatan kota Padang, (2) Bentuk kata sapaan kekerabatan dalam bahasa
minangkabau oleh masyarakat kecematan Batang Kapas kabupaten Pesisir Selatan
kota Padang.
D.
Pernyatan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pernyataan penelitian
ini adalah sebagai berikut. Pertama,
bagaimana penggunaan kata sapaan kekerabatan dalam bahasa minangkabau oleh
masyarakat kecematan Batang Kapas kabupaten Pesisir Selatan kota Padang? Kedua, bagaimana bentuk kata sapaan
kekerabatan dalam bahasa minangkabau oleh masyarakat kecematan Batang Kapas
kabupaten Pesisir Selatan kota Padang?
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk; (1) Mendeskripsikan penggunaan kata sapaan kekerabatan dalam bahasa
minangkabau oleh masyarakat kecematan Batang Kapas kabupaten Pesisir Selatan
kota Padang, (2) mendeskripsikan bentuk kata sapaan kekerabatan dalam bahasa
minangkabau oleh masyarakat kecematan Batang Kapas kabupaten Pesisir Selatan
kota Padang.
F.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak
berikut. Pertama peneliti, sebagai bahan kajian akademik dan referensi dalam
menulis proposal atau tugas mengenai objek kajian kata sapaan kekerabatan dalam
bahasa minangkabau. Kedua pembaca, dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai kajian kata sapaan kekerabatan dalam bahasa minang kabau.
G.
Batasan
Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pembaca dalam memahami
penelitian ini, maka terdapat batasan Istilah yakni sebagai berikut;
1. Kata
adalah deretan huruf yang berbentuk morfem dan memiliki makna.
2.
Kata
sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak
berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga.
3. Sapaan kekerabatan ialah sapaan yang berhubungan dengan pertalian
darah dan pertalian perkawinan. Pertalian darah disebut pertalian langsung,
sedangkan pertalian perkawinan disebut pertalian tak langsung (Aslinda, dkk.
(2000:7-1
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kata
Sapaan
Bahasa tutur sapa merupakan bahasa sehari-sehari dalam bertegur
sapa. Bahasa ini cederung bersifat komunikatif dan digunakan oleh orang-orang
yang saling mengenal atau berasal dari kelompok tutur yang sama. Kata sapaan
dalam penggunaannya, dapat mencerminkan tingkat kesopanan berbahasa tutur atau
lisan dari berbagai peristiwa tutur, misalnya dalam menyapa, menegur, atau memanggil
lawan tutur. Seseorang yang tidak tepat memakai kata sapaan untuk menyapa orang
lain, terutama menyapa orang yang lebih tua maka orang tersebut dianggap kurang
beradat atau kurang sopan. Selain itu, kesalahan penggunaan kata sapaan dalam
pemakaiannya dapat mengarah terjadinya salah paham atau konflik antara penyapa
dengan orang yang disapa. Kata yang diucapkan merupakan kata yang berasal dari
penyebut nama diri dan nama kerabat. Nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh
seperti rehan, rendi, tina. Selain itu juga dapat digunakan bentuk
singkatannya, han (bentuk singkat dari rehan), ren (bentuk
singkat dari rendi), tin (bentuk singkat dari tina).
Begitu juga dengan sebutan kekerabatan, digunakan betuk lengkap dan bentuk
singkatnya. Bentuk lengkap dari sebutan kekerabatan dapat berupa bapak, ibu,
ayah, kakek, dan nenek. Bentuk
singkat nama kekerabatan dapat berupa pak (bentuk singkatan dari bapak),
bu (bentuk singkatan dari ibu), yah (bentuk singkatan dari
ayah), kek dan nek
(bentuk singkatan dari kakek dan nenek). Hanya saja yang harus diperhatikan tidak semua ungkapan
kekerabatan itu ada singkatannya. Berikut adalah beberapa
contoh kata yang dapat digunakan sebagai kata sapaan.
1. Nama
diri, seperti Toto, Nur.
2. Kata
yang tergolong istilah kekerabatan, seperti bapak, ibu, paman, bibi, adik,
kakak, mas, atau abang.
3. Gelar
kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti kapten, profesor, dokter, soper,
ketua, lurah, atau camat.
4. Kata
nama, seperti tuan, nyonya, nona, bung, atau sayang.
5. Kata
nama pelaku, seperti penonton, peserta, pendengar, atau hadirin.
6. Kata
ganti persona kedua Anda.
Penggunaan
kata sapaan itu sangat terikat pada adat-istiadat setempat, adat kesantunan,
serta situasi dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya, kaidah kebahasaan sering
terkalahkan oleh adat kebiasaan yang berlaku di daerah tempat bahasa Indonesia
tumbuh dan berkembang. Kajian terhadap sistem sapaan
pernah dilakukan oleh Susan Ervin-Tripp (1973) (Pride and Holmes, 1979:228)
terhadap bahasa-bahasa di Amerika. Dijelaskannya bahwa tutur sapa digunakan
berkombinasi dengan nama dan gelar, dengan rincian sebagai berikut:
1.Sapaan + nama depan
2.Sapaan + nama keluarga
3.Sapaan + nama depan dan nama
keluarga
4.Sapaan + gelar dan nama depan
5.Sapaan + gelar dan nama
keluarga.
Penelitian sejenis juga
dilakukan oleh Paulston (1984) (ibid. hlm. 229—230) terhadap kata ganti sapaan
dalam bahasa Swedia. Dalam penelitian ini, ia mengatakan bahwa kata sapaan yang
pemakaiannya dikombinasikan dengan nama, gelar, dan zero (Ø) mengandung
beberapa nilai hubungan, antara lain: keintiman, persaudaraan, dan kesopanan. Sementara itu Brown dan Ford (1972) seperti
yang dikutip oleh Aslinda, dkk (2000:3) mengatakan bahwa dalam interaksi orang
menggunakan pilihan bentuk linguistik berdasarkan hubungan antara pembicara dan
mitra wicara secara rasional. Mereka menemukan kaidah sapaan yang berupa
pilihan nama depan (first
name) yang sifatnya resiprokal
atau gelar diikuti nama belakang (title + last name).
Sapaan kekerabatan ialah sapaan
yang berhubungan dengan pertalian darah dan pertalian perkawinan. Pertalian
darah disebut pertalian langsung, sedangkan pertalian perkawinan disebut
pertalian tak langsung (Aslinda, dkk. (2000:7-12). Braun (1998:9) istilah
kekerabatan (kinship terms)berhubungan
dengan pertalian darah dan keturunan. Dari sini ditemukan sistem sapaan
kekerabatan yang diwahanai oleh bentuk-bentuk tertentu dengan makna dan
nilai-nilai tertentu pula berdasarkan latar sosial petuturnya. Sapaan
kekerabatan sudah tentu menggunakan bentuk (istilah) kekerabatan. Hal ini dapat
dikatakan bersifat universal. Namun ada pula hal-hal yang bersifat khas untuk
setiap bahasa, misalnya istilah kekerabatan bahasa tertentu hanya sampai pada
lapis keturunan kedua, dan pada bahasa lainnya istilah kekerabatan bisa
mencapai lapis keturunan ketiga, bahkan keempat.
B.
Bentuk dan Jenis Kata Sapaan
Menurut Koenjaraningrat
(dalam Syafyahya, 2000:19) jenis kata sapaan sebagai berikut: (1) sapaan
kekerabatan, (2) sapaan nonkekerabatan. Kata sapaan kekerabatan dibagi menjadi
dua yaitu: keluarga luas dan keluaga inti. Keluarga luas adalah kelompok
kekerabatan yang terdiri lebih dari satu keluarga inti dan merupakan satu
kesatuan yang hidup bersama pada suatu rumah, sedangkan keluarga inti merupakan
satu keluarga serumah dari satu keluarga yang terdiri dari seorang suami,
seorang istri dan anak-anaknya. sapaan non kekerabatan terdiri dari kata sapaan
bidang agama, bidang adat, bidang jabatan dan bidang umum.
Masyarakat minangkabau
merupakan masyarakat yang sangat memegang prinsip keturunan matrilinial. Secara
adat dan budaya dapat dikatakan bahwa masyarakat Minangkabau menganut sistem
kekerabatan menurut garis keturunan ibu. Secara sosial masyarakat minangkabau
nenganut sistem bilateral, yaitu mempertimbangkan hubungan kekerabatan melalui
pria dan wanita, karena pada setiap kegiatan sosial masyarakat selalu
memperhatikan kerabat dari pihak ibu dan dari pihak bapak. Menurut hasbi (dalam
ayub, dkk, 1984:9), dalam masyarakat minangkabau yang matrilineal terdapat
empat macam tali kekerabatan yang menentukan hubungan antara satu dengan yang lain
dalam lingkungan kekerabatan yang sekaligus menentukan bentuk sapaan yang
dipakai. Keempat tali kekerabatan itu adalah:
(1)
Tali kekerabatan mamak-kamanakan
(2)
Tali kekerabatan suku-sako
(3)
Tali kekerabatan induak bako-anak pisang
(4)
Tali kekerabatan sumando-pasumandan
Navis
(1984:221-127) menyebutkan bahwa tali kekerabatan mamak-kemanakan merupakan
hubungan antara seorang laki-laki dengan saudara laki-laki ibunya atau hubungan
seorang anak laki-laki dengan anak saudara perempuannya. Saudara laki-laki
adalah mamak bagi anak saudara perempuan, sedangkan anak saudara
perempuan adalah kemenakan dari saudara laki-laki. Tali kekerabatan suku-sako
dikenal sebagai hubungan kerabat yang bersumber dari sistem
kekerabatan genologis yang bersteksel matrilineal pada lingkungan kehidupan social
sejak dari rumah sampai ke nagari yang lazim disebut suku, dalam tali
kekerabatan mamak-kemenakan dan suku-sako, seseorang akan
menggunakan kata sapaan mamak terhadap saudara laki-laki ibu dan
kepada semua laki-laki dalam suku atau sesuku yang setaraf dengan ibunya.
Sebaliknya,
seorang mamak akan menggunakan kata sapaan kemenakan atau sebut
nama terhadap anak saudara perempuan dan orang lain dalam suku yang sebaya
dengan anak saudara perempuannya. Menurut Ayub, dkk, (1984:10-13) dalam
penelitiannya tentang sistem kata sapaan Minangkabau mengatakan bahwa sapaan
nonkekerabatan yang berlaku di Minangkabau jika dilihat dari segi pemakaiannya
dapat dibagi menjadi: (1) sapaan umum, (2) sapaan adat, (3) sapaan agama, (4)
sapaan jabatan. Bentuk kata sapaan umum cukup banyak ragamnya, sapaan sayang
dan sapaan marah termasuk kedalam sapaan ini. Pemakaian jenis kata sapaan umum berkaitan
dengan hubungan tidak resmi, baik dalam kerabat maupun di luar kerabat. Sapaan yang
digunakan dalam kerabat, misalnya seperti buyuang dan supiak.
Kata
sapaan yang digunakan oleh masyarakat di kecematan Batang Kapas pada umumnya
memiliki kesamaan dengan kata sapaan daerah lain di Sumatera Barat. Namun ada beberapa
perbedaan atau ciri-ciri khas yang berbeda dengan kata sapaan di daerah lain di
Sumatera Barat. Di daerah lain misalnya kata sapaan unang atau uniang
digunakan untuk menyapa kakak perempuan, sedangkan di kecematan Batang
Kapas digunakan kata sapaan uni. Kecamatan Batang Kapas mempunyai
wilayah yang cukup luas. Kenagarian ini tidak hanya didiami oleh penduduk asli
tetepi juga didiami oleh penduduk dari daerah lain Jawa, Aceh, Medan atau
daerah lain di Sumatera Barat. Dengan masuknya penduduk lain tentunya berdampak
pada perkembangan bahasa Minangkabau. Salah satu aspek bahasa Minangkabau yang mendapat
pengaruh dari daerah lain adalah terlihat dari penggunaan bahasa tutur sapa,
misalnya kata sapaan untuk menyapa saudara ibu yang laki-laki adalah uwan, mamak,
dan uncu tetapi pada sebagian masyarakat menggunakan kata sapaan om,
dan juga untuk menyapa saudara ibu yang perempuan seharusnya mak tuo namun
ada sebagian masyarakat kata sapaan tante. Ini merupakan salah satu
bentuk pengaruh penggunaan kata sapaan dari daerah lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan
dan Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang
digunakan adalah metode kualitatif. Penerapan metode kualitatif ini bersifat
deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk
kutipan-kutipan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini
adalah pendekatan sinkronis. Pendekatan singkronis adalah sebuah pendekatan
penilitian bahasa yang mengakaji sistem bahasa pada waktu tertentu.
Peneliti dalam hal ini
mendeskripsikan pengguanaan kata sapaan kekerabatan dalam bahasa minangkabau
secara faktual dan akurat, berdasarkan
pendataan pembicaraan masyarakat dalam keluarga dengan menggunaan kata
sapaan kekerabatan dalam bahasa minangkabau tersebut. Pencatatan dokumen hasil
penelitian terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.
B.
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sasaran yang
akan diteliti yang tentu saja tidak terlepas dari masalah penelitian
(Al-Ma’ruf, 2009: 10-11). Menurut Sugiono objek penelitian merupakan suatu
atribut atau sifat atau nilai orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diberi kesimpulan.
Objek penelitian adalah sesuatu yang akan diteliti untuk tujuan tertentu. Objek
penelitian dalam penelitian bahasa adalah atau tuturan.
C.
Data dan Sumber
Data
1.
Data
Data merupakan bahan yang sesuai untuk
memberi jawaban terhadap masalah yang dikaji (Subroto dalam Al-Ma’ruf, 2009:
11). Data dalam penelitian ini adalah paparan kata sapaan
kekerabatan dalam bahasa minangkabau kecematan Batang Kapas kabupaten Pesisir
Selatan kota Padang.
2.
Sumber Data
Imam Suprayogo
mengemukakan bahwa, jenis sumber data terutama dalam penelitian kualitatif dapat diklasifikasi
sebagai berikut.
2.1 Narasumber
(Informan)
Narasumber dalam hal
ini yaitu orang yang bisa memberikan informasi lisan tentang sesuatu yang ingin
kita ketahui. Seorang informan bisa saja menyembunyikan informasi penting yang
dimiliki oleh karena itu peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan cara
membangun kepercayaan, keakraban dan kerjasama dengan subjek yang dieteliti di
samping tetap kritis dan analitis. Peneliti harus mengenal lebih mendalam
informannya, dan memilih informan yang benar-benar bisa diharapkan memberikan
informasi yang akurat.
2.2 Peristiwa
atau aktifitas
Data atau informasi
juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau aktivitas ini,
peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti
karena menyaksikan sendiri secara langsung.
2.3 Tempat
atau lokasi
Informasi kondisi dari
lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya,
baik merupakan tempat maupun linkungannya. Dari pemahaman lokasi dan
lingkungan, peneliti bisa secara cermat mengkaji dan secara kritis menarik
kemungkinan kesimpulan.
2.4 Dokumen
Dukumen merupakan
bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas
tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dukomen tertulis seprti arsip,
database, surat-surat, rekaman, gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan
dengan suatu peristiwa. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti
dan dipahami atas dasar dukumen atau arsip.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian
kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, dokumen, arsip dan benda-benda
lain. Sumber data pokok adalah tuturan, buku-buku tentang kata sapaan dan
metode dalam penelitian bahasa. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik sadap sebagai
teknik dasar karena penyimakan diwujudkan dengan penyadapan penggunaan bahasa
seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan atau objek penelitian.
E.
Validitas Data
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan trianggulasi teori untuk menjaga keabsahan data yang dikumpulkan.
Hal ini dikarenakan penelitian ini berupa analisis dokumen. Trianggulasi teori
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkroscekkan data hasil penelitian
dengan perspektif teori yan berbeda. Menurut Moleong (1994: 178) trianggulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang berfungsi sebagai pembanding atau mengecek
terhadap data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu. Di samping itu
digunakan juga trianggulasi sumber yaitu melakukan wawancara dengan beberapa informan.
F.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan menggunakan
metode intropeksi. Sudaryono (dalam Mahsun, 2006:101) mengklasifikasikan metode
ini sebagai metode dalam analisis data atau metode refleksi, intropektif, yaitu
uapaya melibatkan atau memanfaatkan sepenuhnya, optimal, peran peneliti sebagai
penutur bahasa tanpa melebur-lenyapkan peran penelitian itu. Metode ini adalah
metode penyediaan dengan memanfatkan kebahasaan peneliti yang meneliti bahasa
yang dikuasainya (bahasa ibu) untuk menyediakan data yang diperlukan bagi
analisis sesuai dengan tinjauan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aslinda, dkk. 2000. Kata
Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
Ayub,
Asni dkk. 1984. Sistem Sapaan Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi,
Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Chaer,
Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhratara
Karya Aksara.
Mardalis.
1989. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong,
J Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung Rosda
Karya.
Navis,
AA.1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Temprit.
Pateda,
mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
Rafi’uddin,
Ahmad. 2003. Rancangan Penelitian.
Padang: UNP
Syafyahya.
2000. “Pemakaian Kata Sapaan Bahasa Melayu Jambi di Kecamatan Palayangan”. Skripsi. Padang: FBS
UNP.
http://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.html (diakses
tanggal 28 April 2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37383/7/Cover.pdf (diakses tanggal 28 April 2015)

Komentar
Posting Komentar