BAGI YANG INGIN MICRO TEACHING, BERIKUT RPP BAHASA INDONESIA SASTRA MELAYU KLASIK, CHECK AND GOOD LUCK
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH : SMA N 2 Painan
MATA PELAJARAN : Bahasa
Indonesia
KELAS :
X
SEMESTER : 2
A.
STANDAR
KOMPETENSI :
Membaca : 15. Memahami sastra Melayu klasik
B.
KOMPETENSI
DASAR :
15.1 Mengidentifikasi karakteristik
dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu klasik
C.
MATERI
PEMBELAJARAN :
Karya sastra Melayu
klasik
-
ciri-ciri karya sastra Melayu klasik
-
unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik (tema,
alur, latar, penokohan, amanat)
-
Jenis sastra melayu klasik
D.
INDIKATOR
PENCAPAIAN KOMPETENSI :
|
No
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
Nilai Budaya Dan
Karakter Bangsa
|
Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif
|
|
1
|
Mengidentifikasi karakteristik dan
unsur intrinsik karya sastra Melayu
klasik
|
· Bersahabat/ komunikatif
· Kreatif
|
· Kepemimpinan
· Keorisinilan
|
|
2
|
Mengetahui jenis karya sastra Melayu klasik
|
||
|
3
|
Menulis ringkasan cerita dengan
bahasa sendiri dan menentukan
struktur unsur intrinsik berdasarkan contoh karya sastra Melayu klasik
|
E.
TUJUAN
PEMBELAJARAN :
Siswa dapat:
-
Mengidentifikasi
karakteristik dan unsur intrinsik karya sastra
Melayu klasik.
-
Mengetahui jenis karya sastra Melayu klasik.
-
Menulis ringkasan cerita dengan bahasa
sendiri dan menentukan
struktur unsur intrinsik berdasarkan contoh karya sastra Melayu klasik.
F.
METODE
PEMBELAJARAN :
- Penugasan
- Diskusi
- Tanya Jawab
- Ceramah
-
Demonstrasi
G.
Strategi Pembelajaran
|
Tatap Muka
|
Terstruktur
|
Mandiri
|
|
·
Memahami sastra Melayu klasik
|
·
Contoh Karya sastra
Melayu klasik
|
· Siswa dapat menuliskan ringkasan cerita dengan bahasa sendiri dan menentukan unsur intrinsik
dalam sebuah karya sastra Melayu klasik
|
H.
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN :
|
No.
|
Kegiatan Belajar
|
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
|
|
1.
|
Kegiatan Awal :
Guru mengajak siswa berdoa
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru melakukan penataan kelas
Guru memberika apersepsi
|
Bersahabat/ komunikatif
|
|
2.
|
Kegiatan Inti :
& Eksplorasi
F Menjelaskan karakteristik sastra Melayu
klasik
Mengidentifikasi
karakteristik unsur instrinsik karya sastra
Melayu klasik
& Elaborasi
Membaca naskah
sastra Melayu klasik
Menulis ringkasan
cerita dengan bahasa sendiri
F Mendiskusikan
struktur unsur instrinsik karya sastra Melayu klasik
& Konfirmasi
F Menyimpulkan
pelajaran hari ini
F Memberikan
pekerjaan rumah
M
Menyampaikan KD minggu depan
|
Kreatif
|
|
3.
|
Kegiatan Akhir :
F Refleksi
F Guru menyimpulkan
pembelajaran hari ini.
|
Bersahabat/ komunikatif
|
I.
ALOKASI WAKTU
:
4 x 40 menit
J.
SUMBER
BELAJAR/ALAT/BAHAN :
karya satra Melayu klasik
K.
PENILAIAN :
Jenis Tagihan:
tugas individu
ulangan
Bentuk Instrumen:
uraian bebas
pilihan ganda
jawaban singkat
Mengetahui : Mengetahui, Painan, 16 April 2015
Kepala Sekolah SMA N 2 Painan Guru Mata Pelajaran
Dra. Indriani Nisja, M. Pd. Zura Wenda
NPM: 11080334
Lampiran 1
Materi Pembelajaran
Karya
Sastra Melayu Klasik
Sastra
melayu klasik tidak hanya menjadi wujud ekspresi masyarakat Melayu saat itu,
tetapi juga sebagai penyampai nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu,
mengapresiasi sastra Melayu klasik sangat bermanfaat bagi hidup. Dalam sastra
melayu klasik banyak terkandung nilai-nilai agama, moral, sosial dan budaya
yang kaitan dan kaedahnya berdasarkan kehidupan masyarakat pada masa itu. Karya sastra melayu klasik merupakan karya-karya
yang ada sebelum periode 20an (periode sastra tradisional/sastra lama). Pada
awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang disampaikan secara lisan
dari mulut ke telinga dan turun temurun. Sastra melayu klasik merupakan
perwujudan nilai-nilai kehidupan masyarakat melayu.
Ada beberapa ciri yang dapat
diidentifikasi dari karya sastra Melayu klasik, di antaranya:
- Anonim. Tidak diketahui nama pengarangnya.
- Bersifat prologis, punya logika tersendiri yang kadang-kadang tak dapat diterima oleh logika umum.
- Istana sentries, kisahnya berkisar tentang masa atau zaman kerajaan.
- Bersifat klise, misalnya alkisah, pada suatu hari, pada zaman dahulu, konon kabarnya.
- Lisan, disampaikan dari mulut kemulut.
- Tidak berangka tahun, artinya sastra melayu klasik tidak pernah kehabisan zaman. Walaupun sastra ini sudah lama, tapi sampai sekarang masih mendapat apresiasi dari banyak pembaca.
- Bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu.
Unsur-unsur intrinsik sastra melayu klasik
1. Tema adalah dasar cerita sebagai titik
tolak dalam penyusunan cerita.
2. Alur atau
plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian
atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur
tersebut ada yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.
3. Penokohan adalah pelukisan atau pendeskripsian
atau pewatakan tokoh-tokoh dalam cerita.
4. Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu
peristiwa.
5. Amanat adalah pesan-pesan yang ingin
disampaikan dalam cerita.
Jenis karya melayu klasik :
a. Berbentuk puisi
Sastra melayu klasik dalam bentuk
puisi adalah puisi lama. Diantaranya:
1.
Mantra, adalah rangkaian kata yang mengandung rima dan
irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh seorang
dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya.
2.
Bidal adalah kalimat singkat yang mengandung
pengertian atau kiasan dan membayangkan sindiran. Contoh : Tangan panjang
artinya suka mencuri. Ringan tangan artinya suka membantu. Besar kepala artinya
sombong.
3.
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun
karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris.
4.
Gurindam adalah satu bentuk puisi yang terdiri dari
dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan
yang utuh.
5.
Pantun adalah puisi 4 baris, terdiri dari 2 sampiran
dan 2 isi bersajak ab-ab.
b. Berbentuk
Prosa
Seperti halnya prosa dalam sastra modern, prosa dalam karya sastra klasik
juga mempunyai unsur-unsur tokoh, penokohan, alur, latar, setting, amanat, dan
teman. Karya sastra klasik yang berbentuk prosa terdiri dari cerita, cerita
binatang, sejarah, mite, dan legenda.
1.
Dongeng adalah cerita-cerita zaman purba yang
berbentuk prosa yaitu tentang cerita khayal dan penuh keajaiban. Dongeng ini
disampaikan dari mulut kemulut.
2.
Mite berasal dari bahasa Yunani, mythos yaitu tentang
kehidupan makhluk halus atau hantu seperti jin, kuntilanak, dan dewi-dewi.
3.
Fabel ialah dongeng yang menceritakan binatang yang
hidup sebagai manusia berbuat dan berbicara seperti binatang.
4.
Legenda ialah dongeng yang berisikan tentang cerita
terjadinya nama-nama tempat, gunung, sungai, danau, dan sebagainya.
5.
Hikayat berasal dari bahasa Arab, yang berarti cerita.
Hikayat ini mirip dengan dongeng, penuh khayal, isinya tentang kehidupan
sekitar istana, oleh karena itu dapat disebut dongeng istana. Pelaku utama
dalam hikayat adalah raja, permaisuri, putra raja yang gagah berani, serta
putrinya yang canti jelita.
Berdasarkan ciri-ciri sastra melayu
klasik, maka jenis yang paling dikenal adalah hikayat.
Lampiran 2
Contoh Hikayat untuk Penugasan Siswa
“PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG”
Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian
maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah
dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka
dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya
1) kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu
orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula
adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan
itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air
sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai
ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana
sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah
kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak
hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua
bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi
itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali
ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu
merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang
bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan
apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3) hamba
hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh,
karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya,
"Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam
sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, "Berilah
barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan." Maka
diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka
dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka
pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si Bungkuk air itu
dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu
kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya.
Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba
buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan
istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah,
hamba turutlah kata tuan hamba itu." Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka
keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala
perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua
bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia
makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu
akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya,
"Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka
mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian
itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu. Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada
Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu.
Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk,
"Istri siapa perempuan ini?" Maka
kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba
pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba." Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil
nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi bergaduhlah
mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat
hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu,
"Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki
ini?" Maka kata perempuan celaka
itu, "Si Panjang inilah suami hamba." Maka
pikirlah 5) Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya,
supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya.
Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu,
"Si Panjang itulah suami hamba." Maka
kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan
siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka
itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula
si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini.
Sungguhkah perempuan itu istrimu?" Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah
nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar,
mengatakan hamba ini tentulah suaminya." Syahdan
maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan
ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung
tempat ia duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu.
Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka
dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua,
sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?" Maka kata orang tua itu, "Daripada mula
awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan
perempuan dan di mana tempat duduknya.
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang
banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka
hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun
mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.
Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan
demikian itu. Maka bertambah-tambah
masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
Unsur intrinsik HIKAYAT
Judul
:
Hikayat Mashudulhakk (perkara si bungkuk dan si panjang)
Unsur intrinsik :
1.
Tema
: Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Cinta
2.
Tokoh
:
a.
Masyhudulhakk : arif, bijaksana, suka menolong,
cerdik, baik hati.
b.
Si Bungkuk : setia pada istrinya, suka mengalah,
mudah percaya.
c.
Si Panjang / Bedawi :
licik, egois.
3.
Setting :
a. Tempat : tepi sungai
b. Suasana : menegangkan,
mengecewakan, membingungkan
4.
Alur : Alur maju
5.
Amanat :
a. Jangan berbohong karena berbohong itu tidak baik,
merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri.
b. Bantulah dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan.
c. Syukurilah jodoh yang telah diberikan Tuhan, yakini
bahwa jodoh itu baik untuk kita
“IBNU HASAN”
Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan,
banyak harta banyak uang, terkenal kesetiap negeri, merupakan orang terkaya,
bertempat tinggal du negeri Bagdad, yang terkenal kemana-mana, sebagai kota
yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat bijaksana,
mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasehati yang berikiran
sempit, mengingatkan orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun
harus mengeluarkan biaya, berupa pakaian
atau uang, karena itu banyak pengikutnya. Syekh Hasan
saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak, laki-laki yang sangat tampan,
pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya.
Ibnu Hasan sedang lucu-lucuya, semua orang senang melihatnya, apalagi orang
tuanya, namun demikian anak itu, tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya
dimanjakan, tidak kekurangan sandang, namun Ibnu Hasan sama suka bersolek,
karena itulah kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ayahnya
berfikir,”Alangkah salahnya aku, menyayangi diluar batas, tanpa pertimbangan,
bagaimana kalau akhirnya, dimirkai Allah Yang Agung, aku pasti durhaka, tak
dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat.” Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya
putranya sambil dinasihati, bahwa Ia harus mengaji, katanya “Sekarang saatnya
anakku, sebenarnya aku kuatir, tapi, pergilah ke Mesir, carilah jalan menuju
keutamaan.” Ibnu Hasan menjawab,”Ayah jangan
ragu-ragu, jangankan jalan menuju kemuliaan, jalan kematianpun hamba jalani,
semua kehendak orang tua, akan hamba turuti, tidak akan ku tolak, siang malam
hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan.”
Singkat cerita, Ibnu Hasan yang akan berangkat kepesantren, berpisah dengan
kedua orangtuanya, hatinya sangat sedih, ibunya tidak tahan menangis
terisak-isak, harus berpisah dengan putranya, yang masih sangat kecil, belum
cukup usia. “Kelak, apabila ananda sudah sampai,
ketempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri, karena jauh dari orang tua,
harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh dan menyombongkan diri,
merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau
begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senangkaena dimusuhi semua orang, tidak
akan ada yang mau menolong, kalau celaka tidak akan diperhatikan, berada
dirantau orang, kalau judes akan mendapatkan kesusahan, hati-hatilah menjaga
diri jangan menganggap enteng segala hal.” Ibnu Hasan
menjawab dengan takzim,”Apa yang Ibu katakan, akan selalu kuingat dan kucatat
dalam hati, doakanah aku agar selamat, semoga jangan sampai menempuh jalan yang
salah, pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan malam.”
Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak
kecil, Mairin dan Mairun,mereka berangkat berjalan kaki, Mairun memikul semua
perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali
menggantikan tugas Mairun. Perasaan sedih prihatin, kehujanan,
kepanasan, selama perjalanan yang makan waktu berhari-hari namun akhirnya
sampai juga dipusat kota Negara Mesir, dengan selamat berkat do’a Ayah dan
Ibunda, selanjutnya, segera Ian menemui seorang alim ulama, terus berguru
padanya.
Pada suatu hari, saatba’da zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu
seseorang bernama Saleh, yang baru pulang dari sekalah, Ibnu Hasan
menyapa,”Anda pulang dari mana?” Saleh
menjawab dengan sopan,”Saya pulang sekolah.” Ibnu Hasan bertanya lagi,” Sekolah
itu apa? Coba jelaskan padaku!” yang ditanya menjawab,”Apakah anda belum tahu?” “sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis,
mengeja, belajar tatakrama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih
muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan.” Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya, di
segera pulang, menghadap kyai dan
meminta izinya, untuk belajar disekolah, guna mencari ilmu. Sekarang katakan padaku
apa yang sebenarnya kamu harapkan.” Kyai berkata
demikian, tujuan untuk menguji muridnya,
apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian. Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu,”Hamba ingin menjelaskan mengapa
hamba besusah payah tanpa mengenal lelah, mencari ilmu.
Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang,
ternaknyapun banyak, hamba tidak usah bekerja, karena tidak akan kekurangan. Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah
sudah tiada, sudah menunggal dunia, semua hartanya jatuh ketangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti akhirnya harta itu
habis, bukan bertambah. Distulah terlihat ternyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah
mashur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat saya
karena modal sudah ada saya hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihiorang tua, paling tidak
harus sama dengan orang tua, dan tidak akan melakukan, apalagi kalau lebih
miskin, ibaratnya anak seorang patih.”
Maka, yakinlah kyai itu akan bauk muridnya.
UNSUR INSTRINSIK
1.
Tema : Bakti seorang anak terhadap orang tuanya
2.
Tokoh :
Ibnu Hasan, Syekh Hasan, Ibnu Hasan, Mairin, Saleh dan Kyai guru
3.
Penokohan :
a.
Ibnu Hasan = Baik, tidak sombong,
kalem, pendiam, penurut
b.
Syekh Hasan = Baik, Bijaksan,
Penyayang
c.
Ibu Ibnu Hasan = Baik, Penyayang
d.
Mairin dan Mairum = Setia
e.
Saleh = Sopan
f.
Kyai guru = Baik
4.
Plot/Alur : Alur Maju
5.
Latar :
a.
Latar tempat = Negeri Bagdad, Mesir,
Pesantren
b.
Latar waktu = Zaman dahulu kala,
Saat ba’da Dzuhur
c.
Latar suasana = Mengahrukan, sedih,
Prihatin
6.
Amanat : Patuhlah kepda kedua
orangtuamu, berbuat baiklah kesesama manusia dan janganlah sekali-kali engkau
menyombongkan diri.

Komentar
Posting Komentar