BAGI YANG INGIN MICRO TEACHING, BERIKUT RPP BAHASA INDONESIA SASTRA MELAYU KLASIK, CHECK AND GOOD LUCK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

SEKOLAH                         : SMA N 2 Painan
MATA PELAJARAN       : Bahasa Indonesia
KELAS                               : X
SEMESTER                      : 2


A.          STANDAR KOMPETENSI :

Membaca : 15. Memahami sastra Melayu klasik 

B.           KOMPETENSI DASAR :
           
            15.1 Mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu klasik

C.          MATERI PEMBELAJARAN :

Karya sastra Melayu klasik
-          ciri-ciri karya sastra Melayu klasik
-           unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik (tema, alur, latar, penokohan, amanat)
-          Jenis sastra melayu klasik

D.          INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI   :

No
Indikator Pencapaian Kompetensi 
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif
1
Mengidentifikasi karakteristik dan unsur intrinsik karya sastra  Melayu klasik
·   Bersahabat/ komunikatif
·   Kreatif
·   Kepemimpinan
·   Keorisinilan
2
Mengetahui jenis karya sastra Melayu klasik
3
Menulis ringkasan cerita dengan bahasa sendiri dan menentukan struktur unsur intrinsik berdasarkan contoh karya sastra Melayu klasik

E.           TUJUAN PEMBELAJARAN :

Siswa dapat:
-           Mengidentifikasi karakteristik dan unsur intrinsik karya sastra  Melayu klasik.
-          Mengetahui jenis karya sastra Melayu klasik.
-          Menulis ringkasan cerita dengan bahasa sendiri dan menentukan struktur unsur intrinsik berdasarkan contoh karya sastra Melayu klasik.

F.           METODE PEMBELAJARAN :
     
-    Penugasan
-    Diskusi
-     Tanya Jawab
-    Ceramah
-     Demonstrasi


G.          Strategi Pembelajaran

Tatap Muka
Terstruktur
Mandiri
·         Memahami sastra Melayu klasik
·         Contoh Karya sastra Melayu klasik
·     Siswa dapat menuliskan ringkasan cerita dengan bahasa sendiri dan menentukan unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra Melayu klasik

H.          LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :

No.
Kegiatan Belajar
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
1.
Kegiatan Awal            :
Guru mengajak siswa berdoa
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru melakukan penataan kelas
Guru memberika apersepsi
Bersahabat/ komunikatif
2.
Kegiatan Inti   :

& Eksplorasi
F   Menjelaskan karakteristik sastra Melayu klasik
     Mengidentifikasi karakteristik unsur instrinsik karya sastra
     Melayu klasik
      
& Elaborasi
     Membaca naskah sastra Melayu klasik
     Menulis ringkasan cerita dengan bahasa sendiri
 Mendiskusikan struktur unsur instrinsik karya sastra Melayu klasik  

& Konfirmasi
F    Menyimpulkan pelajaran hari ini
F     Memberikan pekerjaan rumah
M  Menyampaikan KD minggu depan
Kreatif
3.
Kegiatan Akhir            :
 Refleksi
  F Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Bersahabat/ komunikatif


I.             ALOKASI WAKTU :
           
         4 x 40 menit

J.            SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :

karya satra Melayu klasik



K.          PENILAIAN :

Jenis Tagihan:
                                          tugas individu
                                          ulangan

Bentuk Instrumen:
                     uraian bebas
                     pilihan ganda
                     jawaban singkat







Mengetahui :                                                                       Mengetahui,                                                                              Painan, 16 April 2015

Kepala Sekolah SMA N 2 Painan                                          Guru Mata Pelajaran                                                                                                                                                                                                    


Dra. Indriani Nisja, M. Pd.                                                     Zura Wenda
                                                                                                 NPM: 11080334






















Lampiran 1
Materi Pembelajaran
Karya Sastra Melayu Klasik

Sastra melayu klasik tidak hanya menjadi wujud ekspresi masyarakat Melayu saat itu, tetapi juga sebagai penyampai nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, mengapresiasi sastra Melayu klasik sangat bermanfaat bagi hidup. Dalam sastra melayu klasik banyak terkandung nilai-nilai agama, moral, sosial dan budaya yang kaitan dan kaedahnya berdasarkan kehidupan masyarakat pada masa itu. Karya sastra melayu klasik merupakan karya-karya yang ada sebelum periode 20an (periode sastra tradisional/sastra lama). Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang disampaikan secara lisan dari mulut ke telinga dan turun temurun. Sastra melayu klasik merupakan perwujudan nilai-nilai kehidupan masyarakat melayu.

Ada beberapa ciri yang dapat diidentifikasi dari karya sastra Melayu klasik, di antaranya:
  1. Anonim. Tidak diketahui nama pengarangnya.
  2. Bersifat prologis, punya logika tersendiri yang kadang-kadang tak dapat diterima oleh logika umum.
  3. Istana sentries, kisahnya berkisar tentang masa atau zaman kerajaan.
  4. Bersifat klise, misalnya alkisah, pada suatu hari, pada zaman dahulu, konon kabarnya.
  5. Lisan, disampaikan dari mulut kemulut.
  6.  Tidak berangka tahun, artinya sastra melayu klasik tidak pernah kehabisan zaman. Walaupun sastra ini sudah lama, tapi sampai sekarang masih mendapat apresiasi dari banyak pembaca.
  7. Bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu.

Unsur-unsur intrinsik sastra melayu klasik
1.      Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita.
2.       Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur tersebut ada yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.
3.      Penokohan adalah pelukisan atau pendeskripsian atau pewatakan tokoh-tokoh dalam cerita.
4.      Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.
5.      Amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.

Jenis karya melayu klasik :

a.       Berbentuk puisi
Sastra melayu klasik dalam bentuk puisi adalah puisi lama. Diantaranya:
1.      Mantra, adalah rangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya.
2.      Bidal adalah kalimat singkat yang mengandung pengertian atau kiasan dan membayangkan sindiran. Contoh : Tangan panjang artinya suka mencuri. Ringan tangan artinya suka membantu. Besar kepala artinya sombong.
3.      Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris.
4.      Gurindam adalah satu bentuk puisi yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
5.      Pantun adalah puisi 4 baris, terdiri dari 2 sampiran dan 2 isi bersajak ab-ab.

b.      Berbentuk Prosa
Seperti halnya prosa dalam sastra modern, prosa dalam karya sastra klasik juga mempunyai unsur-unsur tokoh, penokohan, alur, latar, setting, amanat, dan teman. Karya sastra klasik yang berbentuk prosa terdiri dari cerita, cerita binatang, sejarah, mite, dan legenda.
1.      Dongeng adalah cerita-cerita zaman purba yang berbentuk prosa yaitu tentang cerita khayal dan penuh keajaiban. Dongeng ini disampaikan dari mulut kemulut.
2.      Mite berasal dari bahasa Yunani, mythos yaitu tentang kehidupan makhluk halus atau hantu seperti jin, kuntilanak, dan dewi-dewi.
3.      Fabel ialah dongeng yang menceritakan binatang yang hidup sebagai manusia berbuat dan berbicara seperti binatang.
4.      Legenda ialah dongeng yang berisikan tentang cerita terjadinya nama-nama tempat, gunung, sungai, danau, dan sebagainya.
5.      Hikayat berasal dari bahasa Arab, yang berarti cerita. Hikayat ini mirip dengan dongeng, penuh khayal, isinya tentang kehidupan sekitar istana, oleh karena itu dapat disebut dongeng istana. Pelaku utama dalam hikayat adalah raja, permaisuri, putra raja yang gagah berani, serta putrinya yang canti jelita.
     Berdasarkan ciri-ciri sastra melayu klasik, maka jenis yang paling dikenal adalah hikayat.














Lampiran 2
Contoh Hikayat untuk Penugasan Siswa

“PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG”
Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya 1) kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3) hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu." Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu. Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?" Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba." Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?" Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba." Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu. Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba." Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?" Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya." Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?" Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya.
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.

Unsur intrinsik HIKAYAT

Judul                                                    : Hikayat Mashudulhakk (perkara si bungkuk dan si panjang)

Unsur intrinsik                                     :

1.      Tema               : Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Cinta
2.      Tokoh             :
a.       Masyhudulhakk           : arif, bijaksana, suka menolong, cerdik, baik hati.
b.      Si Bungkuk      : setia pada istrinya, suka mengalah, mudah percaya.

c.       Si Panjang / Bedawi : licik, egois.
3.      Setting :
a.       Tempat : tepi sungai
b.      Suasana : menegangkan,  mengecewakan, membingungkan
4.      Alur : Alur maju
5.      Amanat :
a.       Jangan berbohong karena berbohong itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri.
b.      Bantulah dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan.
c.       Syukurilah jodoh yang telah diberikan Tuhan, yakini bahwa jodoh itu baik untuk kita








“IBNU HASAN”
Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan, banyak harta banyak uang, terkenal kesetiap negeri, merupakan orang terkaya, bertempat tinggal du negeri Bagdad, yang terkenal kemana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat  bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasehati yang berikiran sempit, mengingatkan orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun harus  mengeluarkan biaya, berupa pakaian atau uang, karena itu banyak pengikutnya. Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang anak, laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya.
Ibnu Hasan sedang lucu-lucuya, semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya, namun demikian anak itu, tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan sandang, namun Ibnu Hasan sama suka bersolek, karena itulah kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ayahnya berfikir,”Alangkah salahnya aku, menyayangi diluar batas, tanpa pertimbangan, bagaimana kalau akhirnya, dimirkai Allah Yang Agung, aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat.” Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa Ia harus mengaji, katanya “Sekarang saatnya anakku, sebenarnya aku kuatir, tapi, pergilah ke Mesir, carilah jalan menuju keutamaan.” Ibnu Hasan menjawab,”Ayah jangan ragu-ragu, jangankan jalan menuju kemuliaan, jalan kematianpun hamba jalani, semua kehendak orang tua, akan hamba turuti, tidak akan ku tolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan.”
Singkat cerita, Ibnu Hasan yang akan berangkat kepesantren, berpisah dengan kedua orangtuanya, hatinya sangat sedih, ibunya tidak tahan menangis terisak-isak, harus berpisah dengan putranya, yang masih sangat kecil, belum cukup usia. “Kelak, apabila ananda sudah sampai, ketempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri, karena jauh dari orang tua, harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh dan menyombongkan diri, merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senangkaena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong, kalau celaka tidak akan diperhatikan, berada dirantau orang, kalau judes akan mendapatkan kesusahan, hati-hatilah menjaga diri jangan menganggap enteng segala hal.” Ibnu Hasan menjawab dengan takzim,”Apa yang Ibu katakan, akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati, doakanah aku agar selamat, semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah, pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan malam.”
Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun,mereka berangkat berjalan kaki, Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun. Perasaan sedih prihatin, kehujanan, kepanasan, selama perjalanan yang makan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga dipusat kota Negara Mesir, dengan selamat berkat do’a Ayah dan Ibunda, selanjutnya, segera Ian menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya.
Pada suatu hari, saatba’da zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh, yang baru pulang dari sekalah, Ibnu Hasan menyapa,”Anda pulang dari mana?” Saleh menjawab dengan sopan,”Saya pulang sekolah.” Ibnu Hasan bertanya lagi,” Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!” yang ditanya menjawab,”Apakah anda belum tahu?” “sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tatakrama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan.” Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya, di segera  pulang, menghadap kyai dan meminta izinya, untuk belajar disekolah, guna mencari ilmu. Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan.” Kyai berkata demikian, tujuan untuk  menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian. Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu,”Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba besusah payah tanpa mengenal lelah, mencari ilmu.
Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknyapun banyak, hamba tidak usah bekerja, karena tidak akan kekurangan. Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah menunggal dunia, semua hartanya jatuh ketangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti akhirnya harta itu habis, bukan bertambah. Distulah terlihat ternyata kalau hamba ini bodoh.  Bukan bertambah mashur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat saya karena modal sudah ada saya hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihiorang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan melakukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang patih.”
Maka, yakinlah kyai itu akan bauk muridnya.

           UNSUR INSTRINSIK
1.      Tema    : Bakti seorang anak terhadap orang tuanya
2.      Tokoh   :  Ibnu Hasan, Syekh Hasan, Ibnu Hasan, Mairin, Saleh dan Kyai guru
3.      Penokohan : 
a.       Ibnu Hasan = Baik, tidak sombong, kalem, pendiam, penurut
b.      Syekh Hasan = Baik, Bijaksan, Penyayang
c.       Ibu Ibnu Hasan = Baik, Penyayang
d.      Mairin dan Mairum = Setia
e.       Saleh = Sopan
f.       Kyai guru = Baik
4.      Plot/Alur : Alur Maju
5.      Latar :
a.       Latar tempat = Negeri Bagdad, Mesir, Pesantren
b.      Latar waktu = Zaman dahulu kala, Saat ba’da Dzuhur
c.       Latar suasana = Mengahrukan, sedih, Prihatin
6.      Amanat : Patuhlah kepda kedua orangtuamu, berbuat baiklah kesesama manusia dan janganlah sekali-kali engkau menyombongkan diri.
















Komentar

Postingan Populer