calon cerpen "SAMUDRA"



          Perjalanan merupakan gagasan yang panjang. Kau bebas menuju arah yang kau suka. Di persimpangan mana saja kau puas memilih batas yang kau tuju. Gang satu, kelok buntu, lurus berliku, terjal berbatu, sunyi tanpa lagu atau bahkan yang bahkan tak pernah menuju ke rumahmu. Kau dan aku, kita adalah musafir cinta. Dipersimpangan kita bisa bersua sementara dipersimpangan yang lain kita berbeda arah. Jalan manapun, kemanapun kita nantinya asal tetap berada dalam langit yang sama, melihat ke arah yang sama, labuhan tempat kembali yang sama, maka berjalanlah. Kau bukan lagi cinta yang aku satu-kan. Kau pernah jadi pilihan pertama meski kau bukanlah satu-satunya. Tapi dengar dan rasakan bagaimana aku mengeja setiap huruf namamu dalam doa. Kebahagiaan yang kau ingin tak pernah berada di depan mata, mereka tak bisa terlihat dengan mata kepala terbuka. Tapi bisa kau rasakan dengan hatimu, bagaimana aku mengelus pundakmu ketika lara. Bagaimana aku menatapmu diruangan terbuka. Bagaimana bisa aku melupakanmu? Jelas tidaklah bisa. Tapi apapun pasti akan berlalu. Seperti musim semi berganti gugur, gugur berganti dingin, dingin menjelma salju kemudian salju membangkitkan sang bianglala.
            Kau hanya perlu mengingatku saja. Wanita rahasia yang menyimpan segala duka dan lara. Sekarang kau harus benar-benar yakin bahwa apapun yang pernah aku ceritakan padamu dulu tak ada gunanya. meski telah kukatakan berulangkali dan kau tetap ak mendengarnya. Perknalan, persahabatan, jatuh cinta, mimpi yang sama kemudian pergi dan menjadi kenangan sudah biasa. Apapun akan berakhir bila tiba masanya. Hari ini, jika kau dan aku tidak bisa disatukan cinta. Maka Tuhan selalu membuka ruang untuk hatimu menerima cinta selain cintanya. Tuhan membiarkanmu mencintai selain diri-Nya.
            Samudra, kau belum lama mengalir dalam baraku. Tapi keluasan riakmu meneriakiku seolah tak pernah ada kehidupan sebelumnya. Aku hidupku beberapa waktu lalu, dan kau kenanganmu masa dulu. Kita sama-sama berjuang keluar dari lubang yang sama. Kau menjemput aku mengangkat. Kau menopang aku mengulur. Kita keluar. Sebentar. Ya, sesaat seperti jeda baca ini.

Komentar

Postingan Populer